Selasa, 22 Juni 2010

PERIKANANKU



Mang Uhen adalah petani ikan yang konsisten sejak tahun 1997 dan ia begitu yakin akan pernyataan seorang begawan ekonomi Prof Soemitro Joyohadikusumo bahwa” Negara Indonesia akan jaya kalau  kita kembali dengan sungguh-sungguh mengelola pertanian dan perikanan” .
Sekarang tahun 2010 Mang Uhen masih berdiri tegak di kolam ikannya, tetapi agak kelihatan bingung melihat tak jelasnya masa depan dunia yang ia geluti.  Mang Uhen mungkin salah berkiblat, ia tidak pernah mau mendengar nasehat dari petani seniornya bahwa,  terjun di dunia ikan beresiko tinggi dan masuk zona berbahaya. Zona tanpa perlindungan keamanan dari siapapun, dengan tingkat keberhasilan nol koma sekian persen.
Optimisme Mang Uhen akan potensi perikanan tetap  tak bisa dirubah oleh siapapun.“Kan masih ada nol koma sekian persen yang berhasil, siapa tahu saya masuk dalam prosentase itu”, tuturnya. Sepertinya Mang Uhen masih berharap pernyataan pak professor itu bisa terwujud atau  sudah kadung basah kuyup di lautan pilihannya tinggal “mati atau berenang menentang badai”
Dalam perjalanannya Mang Uhen sadar bahwa seniornya tak asal ngomong tentang zona bahaya. Zona itu penuh dengan permasalahan yang sungguh rumit. Permasalahan yang berat dan sulit dicari solusinya,  karena tidak pernah ada upaya yang sungguh sungguh dari  orang yang punya kekuatan dan kekuasaan untuk menyelesaikannya. Permasalahan tersebut  diantaranya adalah :
1.       Kualitas dan kuantitas air yang menjadi sumber hidup ikan sudah semakin sedikit dan tercemar hebat.
2.       Benih ikan yang dibeli dari Balai pembuat benih tak dilengkapi dengan sertifikat atau garansi produk
3.       Makanan ikan yang ada di lapangan mahal tidak seimbang dengan harga jual ikan
4.       Lembaga Perlindungan Konsumen ” tidak ngeh” di dunia perikanan  ini , sehingga  makanan ikan yang ada di pasaran begitu mahal, tanpa ada yang pernah menganalisa sejauh mana kualitas produk makanan itu sesuai dengan harga jual.
5.       Rantai pemasaran yang begitu panjang (petani-juru panen, kadal-calo-bandar-supplier-retail-konsumen)sungguh sangat merugikan petani dan konsumen.
6.       Dan masih banyak lagi permasalah teknis dan non teknis yang  sudah menjadi pusaran besar nan kuat dan tak terelakan. Mati ikut terbawa pusaran atau mencari hidup menghindar sejauh mungkin dari pusaran itu!
Tidak tahu,  siapa yang harus menghentikan pusaran kuat itu?
Petani? Terlalu kecil tangannya dan tak punya energy berlebih untuk bisa menghentikan pusaran kuat itu.
Akademisi? Tak terlalu paham untuk menyelesaikan masalah real wilayah tropis, karena literature yang jadi “kojo para akademisi ”adalah buku tebal perikanan sub tropis.
Peneliti? Lelah dengan program riset paket dan pusing dengan biaya hidup yang tinggi.
Pemerintah?.....mudah-mudahan. Amin
Sabar ya mang, toh saudara kita di negeri sebrang sudah kerjasama dengan negara kita untuk urusan ikan. Pokoknya Mang Uhen nggak usah repot-repot memproduksi ikan, nanti dikirim dari saudara kita di negeri sebrang dengan harga murah. Ikan Nila Impor mang!Pasti keren, enak dan kenyal dagingnya. Buah-buahan,sayuran,pupuk dan hasil tani lain sudah impor, masa ikan belum?
Nggak gaul mang!


 


 







1 komentar: